Pengamanan produksi padi MT 2011/2012 dari gangguan serangan OPT dilakukan yakni
(1) Dalam upaya mengantisipasi pemunculan serangan dan merencanakan gerakan pengendaliam OPT utama dilaksanakan Pertemuan Kordinasi Gerakan Pengendalian OPT Utama, khususnya di wilayah yang kronis
(2) Mendorong pelasanaan SPOT STOP untuk menekan sumber serangan OPT dengan pemanfaatan agens hayati yang tersedia di LPHP dan pestisida bantuan yang telah dialokasikan ke Provinsi masing-masing, Pelaksanaan SPOT STOP didahului dengan pengamatan dini untuk mengalokasikan sumber-sumber serangan OPT.
(3) Apabila berdasarkan analisis POPT kemungkinan berkembangnya spot OPT di suatu hamparan dinilai akan membahayakan, dan petani dalam batas waktu dua hari tidak mau dan tidak mampu melaksanakan pengendalian SPOT di lahan sawahnya, dan seringkali terjadi keterlambatan tindakan lanjut rekomondasi/gerakan pengendalian oleh petani/kelompok tani maka Brigade Proteksi Tanaman (BPT) diturunkan untuk mengendalikan SPOT di hamparan tersebut.
(4) Memperhatikan stadia pertumbuhan pada pertanaman padi MT 2011/2012 ini, maka teknis pengendalian OPT yang dapat dilakukan pada gerakan pengendalian tersebut adalah: a. Pratanam; apabila ditemukan lubang aktif sebagai tanda-tanda adanya aktifitas tikus agar dilakukan pengendalian responsif dilakukan dengan pemasangan umpan beracun nabati (gadung), rodentisida antikogulan dan pengemposan dengan bahan pengasapan. b. Persemaian dan Tanaman Muda; apabila ditemukan WBC < 1 ekor per tunas dilakukan pengendalian dengan agens hayati (Matarhizium, Beauveria bassiana, Lecanicilium sp. dan Serrratia sp.). Selanjutnya dilakukan pengamatan intensif, apabila ditemukan populasi WBC > ekor per tunas lakukan pengendalian dengan insektisida terdaftar dan diizinkan, dan apabila ditemukan kelompok telur penggerek batang padi < 0,3 kelompok telurper meter persegi dilakukan pengendalian dengan pemasangan 16 pias Tricogramma sp. per hektar setiap aplikasi, selanjutnya dilakukan pengamatan intensif apabila ditemukan kelompok telur > 0,3 kelompok telur per meter persegi dan atau gejala sundep > 10% dilakukan pengendalian responsif dengan menggunakan insektisida terdaftar dan diizinkan secara "spot treatment" (hanya ditempat serangan) (Sumber; Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2012)
(1) Dalam upaya mengantisipasi pemunculan serangan dan merencanakan gerakan pengendaliam OPT utama dilaksanakan Pertemuan Kordinasi Gerakan Pengendalian OPT Utama, khususnya di wilayah yang kronis
(2) Mendorong pelasanaan SPOT STOP untuk menekan sumber serangan OPT dengan pemanfaatan agens hayati yang tersedia di LPHP dan pestisida bantuan yang telah dialokasikan ke Provinsi masing-masing, Pelaksanaan SPOT STOP didahului dengan pengamatan dini untuk mengalokasikan sumber-sumber serangan OPT.
(3) Apabila berdasarkan analisis POPT kemungkinan berkembangnya spot OPT di suatu hamparan dinilai akan membahayakan, dan petani dalam batas waktu dua hari tidak mau dan tidak mampu melaksanakan pengendalian SPOT di lahan sawahnya, dan seringkali terjadi keterlambatan tindakan lanjut rekomondasi/gerakan pengendalian oleh petani/kelompok tani maka Brigade Proteksi Tanaman (BPT) diturunkan untuk mengendalikan SPOT di hamparan tersebut.
(4) Memperhatikan stadia pertumbuhan pada pertanaman padi MT 2011/2012 ini, maka teknis pengendalian OPT yang dapat dilakukan pada gerakan pengendalian tersebut adalah: a. Pratanam; apabila ditemukan lubang aktif sebagai tanda-tanda adanya aktifitas tikus agar dilakukan pengendalian responsif dilakukan dengan pemasangan umpan beracun nabati (gadung), rodentisida antikogulan dan pengemposan dengan bahan pengasapan. b. Persemaian dan Tanaman Muda; apabila ditemukan WBC < 1 ekor per tunas dilakukan pengendalian dengan agens hayati (Matarhizium, Beauveria bassiana, Lecanicilium sp. dan Serrratia sp.). Selanjutnya dilakukan pengamatan intensif, apabila ditemukan populasi WBC > ekor per tunas lakukan pengendalian dengan insektisida terdaftar dan diizinkan, dan apabila ditemukan kelompok telur penggerek batang padi < 0,3 kelompok telurper meter persegi dilakukan pengendalian dengan pemasangan 16 pias Tricogramma sp. per hektar setiap aplikasi, selanjutnya dilakukan pengamatan intensif apabila ditemukan kelompok telur > 0,3 kelompok telur per meter persegi dan atau gejala sundep > 10% dilakukan pengendalian responsif dengan menggunakan insektisida terdaftar dan diizinkan secara "spot treatment" (hanya ditempat serangan) (Sumber; Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar