bptp --- selamat menjalankan ibadah Puasa 1433 H --Pertemuan ke-3 SLPHT Padi di Kelompok Tani Belik yang terletak di daerah Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon--- bptp -- Blog BPTPH Jawa Barat- bptph -- bptphjabar--bptph-jabar-- POPT-THL POPT- Hama Penyakit -- OPT dan DPI-pestisida nabati -- agens hayati -- pengendalian ramah lingkungan -- pelatihan teknis perlindungan tanaman pangan (petani pemandu)APBN T.A 2012 -- instalasi PPOPT -- Lab PHP -- lab OPT -- alumni SLPHT -- POPT berprestasi --bagaimana mengendalikan OPT -- biopestida -- insektisida --pestisida -- varietas tahan -- budidaya tanaman sehat -- petani ahli pht -- pengamatan rutin -- Berita langsung dari lapangan ---- POPT bersama kelompok tani melaksanakan gerakan pengendalian di 14 kecamatan kab. karawang tanggal 14 15 dan 16 Mei 2012 kegiatan ini berupaya menurunkan luas serangan penggerek batang padi --- Dialog interaktif dalam Peningkatan Kapasitas penyuluhan Dalam Mendukung Program Peningkatan Produksi beras Nasional (P2BN) bersama wamentan dan Gubernur Jawa Barat Lokasi di desa Cikopo kab.Purwakarta --- SPOT STOP adalah pengendalian serangan OPT melalui preemtif dan responsif ---- POPT terus melaksanakan gerakan pengendalian pada lokasi lokasi daerah endemis OPT -- POPT bersama Regu Pengendali Hama di petani lakukan aplikasi insektisida di kab, Karawang -- tim fungsional BPTPH prov Jawa Barat sebanyak 9 orang lakukan surveylans di jalur pantura upaya mendapatkan data lengkap situasi OPT dan DPI guna rekomendasi MT 2012

Senin, 08 Oktober 2012

PELATIHAN PEMETAAN WILAYAH SEBAR SERANGAN OPT PANGAN DAN
HORTIKULTURA BAGI PETUGAS POPT-PHP DI WILAYAH INSTALASI PPOPT SUBANG
Kegiatan Pelatihan Pemetaan Wilayah Sebar Serangan OPT Pangan dan Hortikultura bagi petugas POPT di wilayah Instalasi PPOPT Subang dilaksanakan pada hari Senin 8 Oktober 2012 bertempat di Aula Instalasi Pengamatan dan Pengendalian OPT Wilayah Subang Jalan Tb. Yabin Subang. Tujuan umum pemetaan adalah untuk membantu manusia dalam pengambilan keputusan dalam menangani permasalahan.  Pelatihan pemetaan dibuka secara resmi oleh Plh. Kepala Instalasi PPOPT Subang Bapak Sudiman, SP, dan kegiatan ini diikuti oleh Staf Teknis Instalasi PPOPT Subang, Koordinator POPT Kabupaten Subang, Purwakarta, Karawang dan Bekasi dan petugas POPT masing-masing berjumlah 3 orang tiap kabupaten. Narasumber pada kegiatan pemetaan ini yaitu Suwarman, SP dan Dwitya Rizqillah Gabriel, SP yang merupakan staf Fungsional POPT dari Balai Besar Peramalan OPT Kementerian Pertanian. Peserta diajarkan cara membuat peta daerah sebar OPT, peta analisis daerah endemis, dan peta dampak perubahan iklim. Peserta juga diajarkan cara menyusun data OPT tiap kecamatan sehingga bisa langsung di input ke dalam pemetaan. Software yang digunakan dalam kegiatan kali ini adalah map info versi 8.0. Akhir kegiatan pemetaan diharapkan peserta dapat mengetahui daerah penyebaran OPT dan sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah menangani masalah OPT.
(Instalasi Pengamatan dan Pengendalian OPT Wilayah Subang Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat)
Komentar : terima kasih fit...keaktifanmu terus berlanjut...jangan bosan... oke

Rabu, 26 September 2012

JERAMI PADI MEMPERBAIKI KESUBURAN TANAH DAN MENINGKATKAN HASIL

Pemberian jerami pada tanah sawah dapat memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika tanah sawah. Pengembalian jerami ke tanah dapat memperlambat pemiskinan K dan Si tanah. Berdasarkan penelitian, pembenaman jerami 5 t/ha/musim selama 4 musim pada tanah sawah kahat K dapat mensutitusi keperluan pupuk K dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga hasil pun meningkat. Setelah 4 musim tanam, jerami dapat meningkatkan kadar  C organik, K dapat ditukar, Mg dapat ditukar, KTK tanah, Si tersedia, dan stabilitas agregat tanah. apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari jerami setara dengan  170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1,7 Ton organik/ha. Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-palawija, pengembalian jerami penting ntuk memperbaiki sifat fiisik tanah, antara lain meningkatkan stabilitas agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah sawah yang mamadat akibat penggenangan dan pelumpuran secara terus-menerus. tanah menjadi lebih mudah diolah dan cukup baik untuk pertumbuhan akar tanaman palawija yang ditanam setelah padi. 
Pengembalian jerami yang dikombinasikan dengan pupuk kandang 5 t/ha meningkatkan hasil padi sekitar 1.0 t/ha. Pemberian jerami ke tanah sawah dalam jangka panjang tidak hanya bermanfaat untuk mempertahankan kandungan unsur hara makro dan mikro dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kesuburan dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta efesiensi pemupukan.

Kamis, 23 Agustus 2012

LANGKAH PENGAMANAN PRODUKSI CABAI DAN BAWANG MERAH MENGHADAPI HARI-HARI BESAR KEAGAMAAN


1. Upaya strategis pengamanan produksi cabai dan bawang merah: (a). Peningkatan pemahaman terhadap karakteristik tanah, varietas, dan jenis OPT yang mungkin muncul serta penerapan strategi / langkah-langkah budidaya tanaman yang baik dan pengendalian OPT dengan tepat. (b). Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan / spesifik lokasi atau memanfaatkan unsur alami (Agens hayati, biopestisida, dan PGPR) menjadi teknologi pengendalian alternatif dan perlu didorong penerapannya. Penetapan pranata mangsa dalam penentuan awal waktu tanam, dapat pula dijadikan salah satu pertimbangan dalam mengantisipasi pengelolaan budidaya sayuran. (c). Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan antisifatif kepada petani cabai dan bawang merah,informasi awal musim dan rekomendasi teknis tentang budidaya cabai yang baik, hendaknya disebarluaskan kepada kelompok-kelompok tani cabai dan bawang merah di wilayah sentra cabai dan bawang merah. (d). Stakeholder terkait dengan penyediaan sarana pengendalian OPT perlu meningkatkan peran sertanya dalam pembinaan petani yang difokuskan kepada upaya pemberdayaan petani dalam penetapan PHT secara optimal.

A.CABAI (1)OPT utama pada tanaman cabai pada musim kemarau yang perlu diwaspadai antara lain: (a)Kutu Kebul (Bemisia tabaci), Trips, dan Virus Kuning. Terjadinya serangan OPT pada tanaman cabai di lpangan lebih diakibatkan karena faktor perubahan iklim dan cara budidaya yang tidak antiipatif terhadap musim kemarau. (b)Hal penting yang perlu dicermati dalam budidaya cabai adalah antisipasi pre-emtif terhadap perubahan kondisi iklim, pemahaman terhadap karakteristik tanah, varietas dan jenis OPT. Serta penerapan strategi / langkah-langkah budidaya yang baik dengan pengendalian OPT secara PHT.(c)Teknologi budidaya adaptasi / antisipatif terhadap kondisi cuaca ekstrim melaui pemanfaatan screen house cukup efektif dan dapat mengurangi cekaman cuaca ekstrim dan serangan OPT. Disamping itu, teknologi budidaya ramah lingkungan lain yang spesifik lokasi atau memanfaatkan unsur alami (agens hayati, biopestisida, dan PGPR) dapat menjadi teknologi alternatif dan poerlu didorong penerapannya. Hal ini juga termasuk pendekatan pranata mangsa dalam menentukjan awal waktu tanam, dapat juga dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengelolaan busisaya antisipatif.

B.BAWANG MERAH (1)Pengelolaan budidaya di areal yang sudah ada tanaman bawang merah (a).Melakukan sanitasi lingkungan dengan cara mengumpulkan daun-daun yang menunjukan gejala serangan patogen, sisa-sisa tanaman dan gulma untuk kemudian dimusnahkan, patogen dapat bertahan pada sisa tanaman yang jatuh dan akan menjadi sumber infeksi atau serangan. (b). Melakukan pemupukan berimbang dengan bahan organik serta hindari pemupukan nitrogen dosis tinggi penambahan bahan oerganik sebanyak 5-10 Ton per Ha. (c). Melakukan perbaikan drainase (d). Mengaplikasika PGPR. (e). Melakukan penyemprotan fungisida yang efektif.
(Sumber: Instalasi PPOPT Cianjur, sumber gambar http://www.inilahjabar.com/read/detail/1198832/bawang-merah-dan-cabai-picu-inflasi-januari )

Selasa, 14 Agustus 2012


MATERI BINAAN  POPT DI JAWA BARAT 
Dalam upaya mewujudkan  petani ahli PHT yang mandiri dinamis dan sejahtera di Jawa Barat  POPT melalkukan binaan kekelompok tani binaan, yang dilakukan setiap minggu sekali dengan materi yang berbeda beda pada pertemuan rutinya, diantaranya :
Kelompok Tani Impan Girimukti Desa Sukajaya Kabupaten Sumedang, 
Pengendalian Uret/Lundi.
Uret/Lundi adalah salah satu OPT yang dapat menyerang berbagai tanaman pangan, sayuran, buah-buahan,  maupun tanaman perkebunan, bahkan tanaman kehutanan (Kayu-kayuan). Uret termasuk golongan OPT berordo Coleoptera (bersayap keras) yang umumnya merusak tanaman (berperan sebagai hama) adalah vase larva dewasa. Pada fase larva bagian tanaman yang dirusak (dimakan) adalah bagian perakaran, sehingga dapat menimbulkan kematian pada tanaman. Untuk mengurangi serangan/mengendalikan uret upaya yang dapat dilakukan adalah: (1)Sanitasi kebun (2)Membuat lubang/gombangan di sekitar kebun, untuk penimbunan sisa tanaman yang bertujuan menarik dewasa bertelur dan larva ke lubang (3)Penggunaan pestisida efektif.
Kelompok Tani Lio Desa Cipameungpeuk Kabupaten Sumedang, 
Penyakit Layu Bakteri pada Kacang Tanah.
Salah satu penyakit yang biasa ditemukan pada pertanaman kacang tanah adalah penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum), Gejala penyakit ditandai dengan layunya  tanaman pada siang hari seperti tersiram air panas, bila tanaman dipotong bagian pangkal batangnya/akar maka akan mengeluarkan lendir berwarna keruh dan bau. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi  perkembangan penyakit antara lain curah hujan yang tinggi, drainase yang jelek, dan kondisi hara yang tidak berimbang (N tinggi).Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menekan perkembangan penyakit  diantaranya: (1). Eradikasi selektif (Pencabutan tanaman sakit) (2). Perbaikan Drainase (3). Penggunaan pupuk yang berimbang, dan (4). Penggunaan bakterisida efektif.
Kelompok Tani Blandongan Desa Pasanggrahan Kabupaten Sumedang, 
Pencegahan penyakit padi.
Pencegahan penyakit adalah suatu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman padi terhindar dari serangan penyakit yang dapat menurunkan hasil yang serius. Pencegahan penyakit seharusnya dilakukan sepanjang waktu, selama musim tanam terutama pada musim hujan. kenapa penytakit perlu dicegah? sebab sekali terserang sulit dikendalikan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan agar padi terhindar dari serangan penyakit antara lain: (1)Penggunaan varietas tahan dan bermutu (2)Pengaturan jarak tanam (3)Pemupukan berimbang (4)Pengaturan pengairan (5)Penyiangan/sanitasi (6)Penggunaan agen antagonis antara lain bakteri corin untuk mencegah serangan penyakit BLB.
Pembinaan POPT kecamatatan Sumedang Selatan pada kelompok tani Balandongan
      Selain itu dalam rangka menciptakan kelompok tani yang tangguh terhadap penerapan PHT, materi yang diberikan Taktik komponen PHT (1) cara cara biologi, (2) cara budidaya tanaman, (3) Cara cara fisik mekkanis, (4)cara Cara kimiawi..(Sumber : laporan hasil binaan POPT Sumedang)

Rabu, 25 Juli 2012


Rekomendasi pengendalian OPT utama padi MK 2012
        Dalam  menghadapi musim kemarau 2012 ini yang saat ini di beberapa daerah mengalami  peningkatan OPT utama padi.  Mengingat keadaan umur serta varietas tanam beragam serta cuaca cukup mendukung terhadap perkembangan OPT, maka kami anjurkan langkah langkah pengendalian asebagai berikut
(1) Daerah rawan serangan penggerek batang: a. pengamatan mingguan. b.pengumpulan kelompok telur (terutama di persemaian) untuk selanjutnya diinkubasikan agar parasitoid yang muncul dapat dilepaskan kembali c. pelepasan parasitoid Trichogramma sp. d. pemasangan lampu perangkap petromak atau lampu listrik untuk penangkapan ngengat dikombinasikan dengan pemasangan bak berisi air yang dicampur dengan minyak tanah dengan perbandingan 40:1 e. eradikasi selektif tanaman terserang dengan pencabutan dan pemusnahan beluk segar sampai bagian bawah malai untuk menekan populasi larva f. penggunaan insektisida efektif yang dianjurkan pada spot-stop serangan bila ditemukan gejala sundep > 10% pada fase vegetatif serta beluk> 10% pada vase generatif.
(2) Daerah rawan serangan tikus: a. pengamatan mingguan b. sanitasi lingkungan yang menjadi tempat persembunyian tikus dan dilakukan terus menerus c. pelestarian musuh alami d. pengemposan asap belerang pada lubang aktif e. pemasangan perangkap tikus, antara lain bambu, selain tempat persembunyian juga dapat memudahkan dalam pemasangan umpan beracun g. pengeringan secara berkala f. pengumpanan dengan racun antikogulan pada tanaman vase vegetatif g. pengamanan persemaian dengan menggunakan pagar plastik.
Serangan OPT Jagung:
(1) Daerah rawan hawar daun: a. pengamatan mingguan b. sanitasi lingkungan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman terserang agar tidak menjadi sumber infeksi c. penanaman varietas tahan/toleran d. tanam serempak pada awal musim kemarau e. penyemprotan dengan pestisida efektif yang diajurkan apabila telah mencapai batas ambang pengendalian yaitu intensitas > 30% pada tanaman vase vegetatif atau generatif (2) Daerah rawan bercak daun coklat: a. pengamatan mingguan b. penanaman varietas tahan/toleran untuk musim berikutnya c. pemupukan berimbang d. sanitasi lingkungan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman terserang agar tidak menjadi sumber infeksi.
        Serangan OPT Cabai: (1). Daerah rawan serangan Trips: a. Pengamatan mingguan b. pemasangan likat kuning atau biru setinggi tajuk tanaman sebanyak 40 buah/hektar c. pemanfaatan bahan tanaman sebagai pestisida nabati sesuai potensi daerah d. penggunaan entomopatogen (Beauveria bassiana, Vertiliccum SP.) e. pegguanaan pestisida efektif sesuai anjuran. (2). Daerah rawan serangan antraknosa: a. pengamatan mingguan b. sanitasi lingkungan yaitu tidak membuang sisa tanaman terserang di sembarang di sembarang tempat, sisa tanaman sakit sebaiknya dibakar c. Pengguanaan pestisida efektif sesuai anjuran. (3). Daerah rawan srangan virus kuning: a.pengamatan mingguan b. sanitasi lingkungan yaitu membuang sisa tanaman terserang c. mengendalikan vektor virus kuning (Bemissia tabaci) d. pemasangan likat kuning atau biru setinggi tajuk tanaman sebanyak 40 buah/hektar e. penanaman barier di sekitar kebun cabai dengan b unga tagetes/clotalaria dan jagung dengan rapat f. penggunaan pestisida efektif sesuai anjuran.
        Sedangkan untuk menghadapi kekeringan MK 2012: 1. Agar seluruh POPT meningkatan intensitas pengamatan bencana lam di daerah-daerah rawan kekeringan, 2. Untuk daerah rawan kekeringan dianjurkan agar melakukan gilir giring dalam pengaturan pengairan, 3. Memberikan rekomendasi untuk penanaman komoditas yang tidak membutuhkan banyak air pada daerah rawan kekeringan, 4. Melaksanakan koordinasi dengan aparat/instansi terkait, 5. Segera melaporkan apabila terjadi bencana alam dan kekeringan.
Pengendalian OPT Kentang: 
(a) pengamatan mingguan, (b) pemasangan likat kuning setinggi tajuk tanaman sebanyak 40 buah/hektar (c)Sanitasi lingkungan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman terserang agar tidak menjadi sumber infeksi (d) penggunaan pestisida secara efektif sesuai anjuran.

SASARAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA TAHUN 2012  DI JAWA BARAT
      Dalam program peningkatanproduksi tanaman Pangan dan Hortikultura di Jawa Barat pada tahun 2012  ditentukan sasaran  sebagai berikut : SAYURAN (1)Bawang Merah MT.2012 = 12.429, Luas Panen = 11.804 Ha, Produktivitas = 111.82, Produksi = 131.991 Ton. (2)Kentang MT 2012 = 15.906, Luas Panen =  15.114 Ha, Produktivitas = 217.37 Ha, Produksi = 328.526 Ton. (3)Kubis MT 2012 = 14.861, Luas Panen =  14.118, Produktivitas = 235.39 Ha, Produksi = 332.326 Ton. (4)Cabe Besar MT 2012 = 16.075, Luas Panen =  15.276, Produksi = 190.056 Ton. (5)Cabe Rawit MT 2012 = 7.718, Luas Panen =  7.333, Produksi = 72.633 Ton. (6)Tomat MT 2012 = 14.503, Luas Panen =  13.78, Produksi = 331.284 Ton. BUAH-BUAHAN (1)Jeruk, Produksi = 58.639 Ton. (2)Mangga, Produksi = 471.087 Ton. (3)Manggis, Produksi = 40.133 Ton. (4)Pisang, Produksi = 1.355.690 Ton. (5)Nenas, Produksi = 406.728 Ton 6.Rambutan, Produksi = 153.16 Ton.  TANAMAN OBAT-OBATAN (1)Jahe, Produksi = 13.569 Ton. (2)Laos/Lengkuas, Produksi = 8.328 Ton.  TANAMAN HIAS (1)Anggrek, Produksi = 3.475.201 Ton. (2)Krisan, Produksi = 79.366.368 Ton

Kamis, 05 Juli 2012

GERAKAN PENGENDALIAN OPT OPT UTAMA DI kec. Cibatu kab. Purwakarta

         
        Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta pada hari Selasa 03 Juli 2012. Kegiatan dihadiri oleh Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat yang diwakili Kepala Instalasi PPOPT Subang, Koordinator POPT Kabupaten Purwakarta, POPT dan Penyuluh Pertanian Kecamatan Cibatu, petani peserta gerakan sebanyak 50 orang. Kegiatan di fokuskan untuk serangan OPT Penggerek Batang Padi (Scirpophaga sp.) dan penyakit Hawar Daun Bakteri/kresek/BLB (Xanthomonas campestris). Luas lahan padi sawah yang dikendalikan seluas 4 ha, dengan umur tanaman 40-50 HST  serta Varietas Ciherang.  Akhir kegiatan  diskusi dengan pemberian materi oleh Kepala Instalasi PPOPT Suban  mensosialisasikan penerapan PHT  dilahan usataninya.(Sumber: Instalasi PPOPT Subang)

Rabu, 04 Juli 2012

Sosialisasi meningkatkan peran masyarakat dalama pengawasan dan penindakan perkarantinaan



Visi:MewujudkanKarantina Pertanian yang Tangguh, Terpercayadan Handal
Misi:(1). Melindungi Kelestarian Sumber daya alam hayati, hewani dan nabati, (2).Mendukung keberhasilan pangan nasional, khususnya di Provinsi Jawa Barat, (3). Meningkatkan kesejahteraan petani, nilai tambah, daya saing dan eksporproduk pertanian, (4). Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat pengguna jasa karantina, (5). Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan
Tugas : Melindungi kelestarian sumber daya hayati, hewani dan nabati dari ancaman serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) serta pengawasan lalulintas komoditi pertanian segar yang memenuhi standar keamanan pangan.
Fungsi pokok : (1). Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakukan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan, (2). Pengelolaan data, informasi serta dokumentasi kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, (3). Pemberian pelayanan teknis kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan. Persyaratan : Berdasarkan UU No.16 Tahun 1992, setiap media pembawa hama dan Penyakit Hewan Karantina, atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina harus memenuhi persyaratan antara lain: Impor : Karantina tumbuhan : (1). Dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan PC (Phytosanitary Certificate) dari Negara asal bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya , (2). Melalui tempat-tempat pemasukan yang ditetapkan, (3). Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina, (4). Memenuhi persyaratan tambahan yang ditetapkan. Karantina hewan : (1). Dilengkapi sertifikat kesehatan dari Negara asal dan Negara Transit, (2). Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa yang tergolong benda lain, (3). Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan, (4). Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pemasukan Ekspor : Karantina tumbuhan : (1). Dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan PC (Phytosanitary Certificate) dari Negara asal bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya , (2). Melalui tempat-tempat pengeluaran yang ditetapkan, (3). Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina. Karantina hewan : Dilengkapi sertifkat kesehatan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina ditempat pengeluaran, (2). Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa yang tergolong benda lain,(3). Melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan, (4). Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pemasukan.    

Rabu, 27 Juni 2012

Surveillance OPT Padi di Kabupaten Subang pada Tanggal 18 Juni 2012 yang bertempat di Kabupaten Subang.

Kegiatan dilakukan yang meliputi 8 kecamatan dan 16 desa diketahui bahwa:(1)Umur pertanaman padi antara 20-60 hari setelah tanam (HST).(2)Varietas dominant yang ditanam adalah Varietas Ciherang, Mekongga, dan Ketan.(3)Organisme Pengganggu Tumbuhan yang dominan yang ditemukan adalah Tikus, Penggerek Batang Padi (PBP) dan Wereng Batang Coklat (WBC) tetapi intensitas maupun populasi yang ditemukan semua masih jauh di bawah ambang batas pengendalian.(4)Musuh Alami yang ditemukan  di lapangan yaitu Laba-laba (Lycosa SP.), Paederus, Ophiomea, dan Kumbang Coccinelidae.(5)Ditemukan kasus keracunan pada pertemuan padi (rusak berat) umur 40 HST akibat salah penggunaan herbisida yang dilakukan oleh petani yang belum pernah mengikuti SLPHT seluas kurang lebih 1000 m2 di Desa Jati Kecamatan Cipunagara Kabupaten Sumedang.
Kesimpulan dari hasil surveillance yang dilaksanakan bahwa OPT pada tanaman padi dari semua lokasi yang disurvey relatif masih aman karena intensitas serangan maupun populasi OPT yang ditemukan masih jauh dari ambang batas pengendalian, akan tetapi kewaspadaan tetap harus ditingkatkan agar tidak terjadi peningkatan intensitas serangan dan populasi OPT dilapangan, mengingat pertanaman masih muda masih sangat luas.

Kamis, 14 Juni 2012

Kunjungan BPTPH Provinsi Kalimantan Timur




Tujuan: Pembelajaran ke Pusat Teknologi untuk Perkembangan BPTPH Kalimantan Timur
Tanggal: 12 Juni 2012
Acara: (1).Sambutan selamat datang dilangsungkan pemaparan BPTPH Propinsi Jawa barat oleh Ibu KTU  (2).Penjelasan maksud kedatangan BPTPH Kalimantan Timur oleh Kepala BPTPH Kalimantan Timur (3).Diskusi yang dilangsungkan pembagian kelompok yang disesuaikan dengan kebutuhan (4). Kelompok dibagi 3 yaitu : Kelompok mengenai Kepegawaian, Fungsional dan Informasi Seksi Informasi menjelaskan mengenai Tupoksi Informasi yaitu Mengelola, menyajikan, mengentri data pelaporan OPT, melaksanakan penyebarluasan informasi OPT, memberikan Informasi yang update tentang pertanian. Seksi Proteksi: melaksanakan pengamatan dan penetapan diagnosa OPT, Penyusunan bahan petunjuk teknis proteksi tanaman pangan dan hortikultura. (5).Kelompok Fungsional menjelaskan tupoksi fungsional yaitu : menyiapkan, melaksanakan pengendalian, menganalisis dan mengevaluasi, membimbing, mengelola keanekaragaman hayati, mengembangkan metode pengamatan, dan mengamati daerah sebar serta  membuat koleksi, visualisasi dan Informasi.

Rabu, 06 Juni 2012

Mengenal OPT Tanaman Anggrek 



I. Hama
(1). Bekicot (Achatina fulica Bowdich): Bekicot dewasa mempunyai cangkang dengan ukuran panjang 10-13 cm, pada siang hari bekicot bersembuyi di tempat yang terlindung, telur diletakan di bawah batu, tanaman atau dalam tanah yang gembur, dan kan menetas dalam 10-14 hari. (2)Kumbang Moncong (Orchidophilus atterimus Wat):Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap, ukuran bervariasi 3,5-7 mm. fase larva, pupa, sampai dewasa berlangsung dalam umbi semu , gejala serangan: daun berlubang, terdapat pada umbi semu, gejala lanjut daun menjadi busuk. (3). Siput Semak (Brady baena similaris F.):Siput dewasa berukuran 10-12 mm, diameter 14-18 mm dengan 5-6 alur-alur lingkaran, solid, buram, berwarna coklat kemerahan, atau hijau kekuningan, kadang-kadang mempunyai strip coklat kemerahan sekeliling bagian luarnya, gejala serangan: siput merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. (4). Tungau merah (Tenuipalpus pacificus Baker): Tungau berwarna merah berukuran sangat kecil, kira-kira 0,1 mm, umumnya ditemukan di permukaan bawah daun.tungau makan dengan cara menusukan alat mulutnya ke jaringan tanaman dan menghisap cairannya, gejala serangan: pada permukaan bawah daun terdapat titik/bercak berwarna putih perak, pada tingkat serangan lanjut dan menjadi keriting dan kerdil kemudian gugur.

II. PENYAKIT
1. Antraknosa : Penyebab cendawan Colletotrichum gloeosporiodes (Penz), cara bertahan hidup: pada sisa-sisa tanaman sakit dan tanaman inang jenis anggrek. Penularan : percikan air , faktor yang mempengaruhi : pembentukan konidium dibantu oleh cuaca lembab, sedangkan pemencaran dibantu oleh percikan air atau pemberian pupuk nitrogen yang berlebih.Gejala serangan :pada daun atau batang semu mula-mula tibul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan lembab, badan buah mengeluarkan masa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Pada bunga gejala dapat dilihat terjadinya bercak coklat kecil-kecil, yang membesar dan bersatu hingga menyelimuti seluruh bagian bunga , daun yang terserang akan gugur dan akhirnya akan gundul.

(Sumber BPTPH 2009 http://4.bp.blogspot.com)

Minggu, 03 Juni 2012

Varietas Unggul Baru dan Varietas yang Direkomendasi untuk Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim

A. Varietas Unggul Baru Padi sawah Irigasi (1). INPARI 1: Umur tanaman 108 hari, tekstur nasi pulen dengan indeks glikemik 50,4, tahan Wereng Batang Coklat biotipe 2 dan Hawar Daun Bakteri, potensi hasil 10 t/ha, cocok ditanam dilahan sdawah <500 m dpl. (2). INPARI 2: Umur tanaman 115 hari, tekstur nasi pulen, tahan Wereng Batang Coklat biotipe 1,2,3 dan tungro, potensi hasil 7,30 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam dilahan sawah <600 m dpl. (3). INPARI 3: Umur tanaman 110 hari, tekstur nasi pulen, tahan Wereng Batang Coklat biotipe 1 dan 2, potensi hasil 7,52 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam di lahan sawah  <600 m dpl. (4). INPARI 4: Umur tanaman 115 hari, tekstur nasi pulen, tahan Hawar Daun Bakteri, potensi hasil 8,80 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam di lahan sawah  <600 m dpl. (5). INPARI 5 Merawu: Umur tanaman 100-105 hari, tekstur nasi pulen, tahan Hawar Daun Bakteri , potendi hasil 7,20 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam di lahan sawah <600 m dpl. (6). INPARI 6 JETE: Umur tanaman 118 hari, tekstur nasi pulen, tahan Wereng Batang Coklat biotipe 2,3 dan tahan Hawar Daun Bakteri, potensi hasil 12 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam di lahan sawah <600 m dpl. (7). INPARI 7 Lanrang: Umur tanaman 110-115 hari, Tekstur nasi pulen, tahan Tungro, potensi hasil 8,70 t/ha Gabah Kering Giling , cocok ditanam di lahan sawah <600 m dpl. (8). INPARI 8: Umur tanaman 125 hari, tekstur nasi pulen, tahan Tungro, potensi hasil 9,90 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam di lahan irigasi <600 m dpl. (9). INPARI 9 ELO: Umur tanaman 125 hari, tekstur nasi pulen, tahan Tungro, potensi hasil 9,90 t/ha Gabah Kering Giling , cocok ditanam dilahan sawah <600 m dpl. (10). INPARI 10 LAEYA: Umur tanaman 108-116 hari, tekstur nasi pulen, toleransi kekeringan dan tahan Hawar Daun Bakteri , potensi hasil 7,00 t/ha Gabah Kering Giling, padi 2 musim (dapat ditanam musim hujan dan kemarau). (11). INPARI 11: Umur tanaman 108 hari, tekstur nasi pulen, tahan Hawar Daun Bakteri dan penyakit Blass, potensi hasil 8,80 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam dilahan sawah <600 m dpl. (12). INPARI 12: Umur tanaman 103 hari, tekstur nasi pera, tahan penyakit Blass, potensi hasil 8,00 t/ha Gabah Kering Giling, cocok ditanam di lahan sawah <600 m dpl. 

Selasa, 29 Mei 2012

Pestisida Nabati

Pestisida Nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), penbunuh dan bentuk lainnya. Secara umum pengertian pestisida nabati adalah sebagai suatu pestisida yang berbahan aktif  (bahan dasarnya) berasal dari tumbuhan atau disebut juga pestisida alami. Oleh karena terbuat dari bahan alami / nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. Pestisida nabati bersifat hit and run, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di lam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida yang aman untuk dikonsumsi.
Di Indonesia, terdapat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, namun sampai saat ini pemanfaatannya belum dilakukan dengan maksimal. Beberapa jenis tumbuhan pestisida nabati dapat mengendalikan OPT, walaupun beberapa diantaranya dapat berp[eran ganda (tidak hanya untuk satu jenis saja).
Jenis-jenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati antara lain:
1. Picung/ Kluek (Pagium edule)
Bahan aktif: Asam sianida, OPT sasaran: Walang sangit, kresek, Bagian yang digunakan: Biji dan daun, Cara pembuatan ekstrak: Buah picung dihancurkan kemudian direndam dalam air selama satu hari satu malam. Hasil rendaman disaring kemudian dilarutkan dalam 10 liter air kemudian disemprotkan. Akan lebih efektif efisien bila dikombinasikan yaitu dengan perangkap "yuyu" (ketam)/ laos/ kotoran ayam ras/ bangkai keong mas atau bahan perangkap lain.
2. Pinus (Pinus merkusii J.)
Bahan aktif: Saponin, flavonoid, polifenol, Bagian yang digunakan: Batang, OPT sasaran: WBC, Cara pembuatan ekstrak: Serbuk gergaji kayu pinus dijemur sampai kering kemudian disebarkan ke lahan persemaian pada pagi hari.
3. Tephrosia (Tephresia vogelii)
Bahan aktif: Tephrosin dam deguelin, OPT sasaran: Serangga, Tikus, Siput murbei, Penggerek batang, bagian yang digunakan daun yang di  ekstrakan.
4. Sirih (Piper bettle)
Bahan aktif: Minyak atsiri, seskuiterpen, pati, diatase, gula, zat samak, dan chavicol, Bagian yang digunakan: Daun, OPT sasaran: Walang sangit, Cara pembuatan ekstrak: Daun sirih ditumbuk halus dan dicampur air secukupnya kemudian disaring. Air saringan dicampur dengan 1 liter air kemudian disemprotkan.





Senin, 07 Mei 2012

Kegiatan Baku Instalasi PPOPT (diantaranya 10 lagu wajib Instalasi PPOPT di Jawa Barat)
(1)Rice garden/sceening varietas (2)Surveilans (3)Dinamika populasi (4)Taksasi kehilangan hasil (5)Light trap (6)Spore trap (7)Uji biotipe WBC (8)Uji patotipe BLB/Kresek (9)Pemantauan OPT Potensial dan penyakit fisiologis tanaman (10)Pengelolaan SMPK (11)Peramalan OPT dan DPI (12)Pemetaan daerah rawan serangan OPT/daerah rawan DPI (13)Sistem Peringatan Dini (SMS Base Server) (14)Pengembangan indigenous tecnology (lokal spesifik) (15)Kajian/Demplot Pengendalian Hayati semi Laboratorium (16)Bimbingan gerakan pengendalian OPT (17)Rintisan desa PHT (18)Bimbingan kelompok tani PPAH/Klinik Tanaman (19)Pelatihan RPH (20)Koordinasi/Sarasehan (21)Penyebaran informasi melalui media cetak dan/media elektronik (22)Penyusunan Draft Pest List (Padi, Kedelai, Jagung) (23)Penyebaran Peta Peramalan dan Perkembangan serangan OPT dan DPI (Padi, Kedelai, Jagung) (24)Klinik Tanaman.
Perbanyakan dan Aplikasi Cendawan Entomopatogen
      Agens Hayati adalah musuh alami berupa Parasitoid, Predator, Entomopatogen, dan Agens Antagonis yang telah diketahui mempunyai potensi yang besar sebagai salah satu sarana pengendalian OPT. Entomopatogen atau penyakit pada serangga hama yang mencangkup semua mikroba yaitu Cendawan, bakteri, virus, dan nematoda yang memiliki kemampuan untuk menjadi parasit (patogen) pada serangga dapat mematikan serangga yang diinfeksinya. Cendawan adalah mikroba yang mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai benang yang disebut hifa, nampak seperti tumbuhan namun tidak memiliki klorofil. Mikroba dari jenis jamur adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Metarhizium flavoviridae, Verticillium lecanii dll, dapat mengendalikan WBC, Kepinding tanah, Belalang, walangsangit.
Cara Aplikasi (1)Siapkan larutan semprot dengan cara mencuci hasil biakan Cendawan Beauveria bassiana atau Metarhizium sp. atau verticillium dalam media padat sebannyak 1 bungkus (100 gram) dalam 1 liter air. (2)Saring dengan kain dan masukan larutan yang didapat kedalam tangki semprot, kemudian tambahkan 9 liter air bersih. (3)Tambahkan gula 1 sendok makan dan 1 sendok teh detergen. (4)Waktu aplikasi dilaksanakan pada sore hari kurang lebih pada pukul 16.00, diulang dengan interval 1 minggu sampai menjelang panen. (5)Aplikasi pada pertanaman padi dilakukan pada saat populasi hama sasran masih rendah (disesuaikan dengan rekomondasi dan kondisi setempat)

Jumat, 04 Mei 2012

Membuat Kompos dengan Menggunakan Aktifator (Mikroba)
        Bokashi adalah bahan organik yang difermentasikan oleh mikroorganisme yang menguntungkan (Effective Microorganism). Bahan organik yang sering dipakai adalah: kotoran hewan, jerami, swekam padi, rumput-rumputan, daun-daunan, sampah organik dan lain-lain.
Fungsi Bokashi: Bokashi dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi tanaman, fungsi Bokashi di dalam tanah adalah: 1. Sebagai sumber hara yang mudah diserap oleh tanaman, 2. Merangsang aktifitas mikroorganisme tanah untuk membantu proses perombakan bahan organik menjadi unsur hara yang siap diserap oleh tanaman, 3. Memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah sehingga pada akhirnya tanah menjadi subur
        Mikroorganisme yang menguntungkan terdapat dalam kultur EM secara efektif mengatur keseimbangan mikroorganisme tanah dan tanaman terdiri dari: a. bakteri asam laktat, b. Bakteri fotosintetik, c. ragi, d. Jamur, e. Actinomycetes. Secara alami mikroorganisme tersebut dapat meningkatkan produksi tanaman melalui reaksi fermentasi yang menghasilkan asam organik, hormon tanaman (auxin, giberelin, cytokinin), vitamin, antibiotik, dan polisakarida. hasil reaksi tersebut sangat mudah diserap oleh tanaman dan sangat berguna bagin kelangsungan hidup mikroorganisme tanah.
Cara Membuat Bokasi (Bokashi Jerami), bahan baku 1. Jerami padi yang sudah dipotong-potong (2-5 cm) sebanyak 2 karung, 2. Sekam sebanyak 2 karung, 3. Dedak halus 5 Kg. Larutan MikrobA: 1. Air 10 liter,2. Molase 2 sendok makan, 3. EM-4 2 sendok makan
        Cara Pembuatan: (1)Campurkan bahan baku tersebut secara merata sehingga menjadi adonan, (2)Buat larutan mukroba sesuai dengan urutan dan aduk secara merata, (3)Siramkan larutan mikroba tersebut secara perlahan kedalam adonan sampai mencapai kebasahan 30-40% atau dengan ciri-ciri bila dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas maka adonan akan berkembang, (4).Adonan digundukan sampai ketinggian 15-20 cm, kemudian tutup dengan karung goni atau karung plastik. (5)Periksa suhu adonan setiap hari, pertahankan suhu pada kisaran 40-50 derajat Celcius, jika lebih adonan diaduk sampai suhunya turun dan ditutup kembali (ft)